Ekonomi Bisnis

Maskapai Tolak Rencana Iuran Peluang Usaha Pariwisata Lewat Tiket Pesawat, Ini adalah Alasannya

33
×

Maskapai Tolak Rencana Iuran Peluang Usaha Pariwisata Lewat Tiket Pesawat, Ini adalah Alasannya

Sebarkan artikel ini
Maskapai Tolak Rencana Iuran Kans Usaha Perjalanan Lewat Tiket Pesawat, Ini adalah adalah Alasannya

JAKARTA – Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Nusantara (INACA) keberatan perihal rencana iuran dana pariwisata melalui tiket pesawat. Wacana yang dimaksud berkemungkinan meninggikan nilai tiket pesawat oleh sebab itu dibebankan untuk penumpang.

“Dengan demikian pengenaan iuran pariwisata pada tiket pesawat akan berubah menjadi kontraproduktif, oleh sebab itu dapat menyebabkan tarif tiket naik, jumlah agregat penumpang turun kemudian status perusahaan maskapai penerbangan juga turun,” ujar Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja melalui pernyataannya, hari terakhir pekan (26/4/2024).

Menurutnya, kebijakan itu justru kontraproduktif ditengah cita-cita pemerintahan memperluas konektivitas transportasi udara. Sebab, total pelanggan terancam menurunkan dampak dari meningkatnya biaya transportasi.

Belum lagi menurutnya, penumpang pesawat terdiri dari beraneka macam keperluan, di antaranya untuk keperluan bisnis, acara keluarga atau pribadi, keperluan dinas, keperluan pendidikan, keperluan liburan atau berwisata juga lainnya. “Jadi pariwisata serta wisatawan semata-mata salah satu dari bervariasi jenis penumpang pesawat,” sambungnya.

Sehingga menurut Denon, bukan seharusnya iuran pariwisata yang sedang digagas oleh Kementerian Peluang Usaha Pariwisata juga Sektor Bisnis Kreatif (Kemenparekraf) ditambahkan di komponen tarif tiket pesawat, lantaran akan menjadi beban tambahan bagi penumpang serta maskapai penerbangan.

Dengan tambahan iuran pariwisata pada komponen tiket akan menimbulkan nilai tukar tiket berubah menjadi lebih banyak mahal bagi penumpang. Maskapai juga akan terkena dampak akibat total penumpang akan berkurang apabila biaya tiket dianggap mahal.

Menurut Denon, pada waktu ini usaha penerbangan sedang pada status rebound setelahnya terpuruk akibat pandemi Covid -19 pada tahun 2020 sampai dengan 2022 lalu. Namun demikian berbagai kendala yang dihadapi maskapai penerbangan Indonesia sehingga rute rebound tak mampu berlangsung lancar jikalau dibandingkan dengan maskapai penerbangan internasional. Permasalahan yang mana dihadapi maskapai Tanah Air di dalam antaranya adalah berkurangnya total ketersediaan pesawat beserta suku cadang (spareparts) lalu sumber daya manusia yang dimaksud siap untuk dioperasikan.

Baca Juga: Bakal Makin Mahal, pemerintahan Mau Kenakan Iuran Perjalanan ke Tiket Pesawat

Selain itu juga meningkatnya biaya operasi yang disebabkan oleh naiknya nilai tukar komponen bakar avtur kemudian nilai tukar mata uang Rupiah yang digunakan terus melemah terhadap mata uang Dollar AS. Padahal sekitar 70% biaya operasional penerbangan dipengaruhi oleh Dollar AS, ke antaranya terkait biaya avtur, biaya sewa pesawat, biaya perawatan serta pengadaan spareparts kemudian lainnya.

Sementara itu, tarif penerbangan sejak tahun 2019 sampai pada waktu ini belum disesuaikan oleh pemerintah padahal komponen biaya tarif penerbangan telah meningkat. Misalnya untuk kurs dolar Amerika Serikat dari tahun 2019 sebesar Rp14.102 dan juga tahun 2024 menjadi Simbol Rupiah 16.182 atau meningkat 15%. Harga jual minyak juga terus naik, di mana tahun 2024 ini mencapai USD87,48 per barel atau meningkat 37% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu USD64 per barel. “Sehingga inisiatif perluasan konektivitas transportasi udara dari pemerintah berubah jadi tiada tercapai,” jelas Denon.

Artikel ini disadur dari Maskapai Tolak Rencana Iuran Pariwisata Lewat Tiket Pesawat, Ini Alasannya