Entertainment

“Nightmares and Daydreams”, antologi satire sosial dari kategori master horor

25
×

“Nightmares and Daydreams”, antologi satire sosial dari kategori master horor

Sebarkan artikel ini
“Nightmares and Daydreams”, antologi satire sosial dari kategori kategori master horor

Ibukota – Joko Anwar kembali dengan karyanya, kali ini lewat serial sama antologi "Nightmares and Daydreams" yang dimaksud hadir di saluran streaming film berbayar Netflix.

Bukan horor, kali ini sang kategori master mengangkat genre tak biasa; science-fiction supranatural. Joko Anwar memotret realitas sosial komunitas dalam Nusantara dengan nada getir satire lewat kacamata orang-orang pinggiran, pada balutan elemen-elemen fantasi.

Meski mengulik masalah fiksi ilmiah, Joko Anwar tidak ada lantas mengeksplorasi cerita-cerita alien dari luar angkasa, ia justru tertarik menggali dia yang mana muncul dari perut Bumi; Agarthan, yang mana kerap dikaitkan dengan kepercayaan akan adanya hidup pada rongga Bumi (hollow Earth).

Dari sanalah Joko Anwar menciptakan kisah tentang sebuah dunia bernama Agartha. Agartha dihuni oleh makhluk yang dimaksud disebut sebagai Agarthan, memiliki peradaban dengan teknologi canggih. Agarthan dari waktu ke waktu berkelana ke permukaan Bumi demi menunaikan kepentingan sakral mereka.

Empat makhluk

Sebelumnya, Joko Anwar pernah menjelaskan ada empat makhluk rekaan pada serial yang mana terdiri dari tujuh episode ini, yakni manusia biasa, Antibodi, Agartha, dan juga Supreme Being.

Antibodi adalah manusia yang dimaksud mampu melalui beberapa fenomena supranatural yang kemudian direkrut berubah jadi pembela Bumi.

Sementara Agarthan adalah makhluk dari perut Bumi yang digunakan mencoba menguasai dunia. Agarthan disebut lebih besar maju di tahap evolusi jika dibandingkan dengan manusia, akibat keadaan alam di dalam perut Bumi yang dimaksud tak senyaman pada permukaan, membuatnya terpaksa beradaptasi,

Lantas ada pula Supreme Being, yakni sosok malaikat yang mana diidentikkan dekat dengan Sang Pencipta.

Sedikit mengecoh, para penonton seakan sengaja dibuat salah paham bahwa karakter utama adalah orang-orang biasa yang cenderung terpinggirkan, namun kejadian-kejadian aneh sarat supranatural yang mana terjadi terhadap merek justru menguak misteri besar tentang hollow Earth, Agartha, lalu Antibodi.

Pada awalnya, tujuh episode pada serial "Nightmares and Daydreams" tak terlihat saling berkait, namun lama kelamaan terasa ada utas benang merah yang dimaksud menjahit narasinya.

Setiap episodenya mempunyai narasi masing-masing, namun pada akhirnya bertaut lalu saling mengisi, memunculkan sebuah kejutan besar pada ujung serial.

Linimasa

Serial menyoroti hidup orang-orang terpinggirkan, mulai dari sopir taksi yang tersebut mencoba menyelamatkan ibunya dari panti jompo, individu adik mencari kakaknya yang dimaksud hilang secara misterius setelahnya melamar kerja, hingga manusia pelukis poster film yang dimaksud mengalami masalah di dalam bioskop aneh.

Mereka mengalami kumpulan perkembangan supranatural yang terbentuk pada rentang tahun 1985 hingga 2024.

Episode pertama berjudul "Old House" berkisah tentang individu sopir taksi (Ario Bayu) pada tahun 2015 yang digunakan dengan enggan mengutarakan ibunya yang dimaksud sudah ada lanjut usia (Yati Surachman) ke panti jompo eksklusif. Meski menaruh curiga, akibat himpitan ekonomi, ia terpaksa merelakan ibunya yang dimaksud sudah ada sepuh di prasarana tersebut.

Episode dua "The Orphan", lompat ke tahun 2024, meninjau hidup pasangan pemulung Iyos lalu Ipah (Yoga Pratama lalu Nirina Zubir) yang tinggal dan juga bekerja dalam tempat pembuangan sampah. Berniat mengubah nasib, merekan mengadopsi orang anak yatim piatu (Faqih Alaydrus) yang mana mempunyai kekuatan untuk menghujani kekayaan pada siapa pun yang dimaksud merawat lalu mengasihinya.

Episode tiga, "Poems and Pain" menghadirkan mundur ke tahun 2022 dalam mana Rania (Marissa Anita), manusia penulis terkenal, menemukan bahwa beliau memiliki kekuatan berpindah ke pada tubuh saudara kembarnya.

Rania, si penulis yang dimaksud merasa sudah ada buntu di menulis karya baru yang digunakan laris mendadak banting stir mengungkap misteri hilangnya saudara kembarnya.

"The Encounter" adalah judul episode keempat mengisahkan sekelompok nelayan kerang di DKI Jakarta pada tahun 1985.

Di berada dalam upaya dia berperang melawan penggusuran dari tempat tinggalnya, salah satu nelayan bernama Wahyu (Lukman Sardi) memotret penampakan malaikat (Supreme Being) pada langit malam.

Episode kelima, "The Other Side", berkisah dalam era tahun 1997, mengungkap hilangnya orang pelukis poster bioskop kemudian kegigihan upaya sang istri untuk menyelamatkannya.

"Hypnotized" ke episode keenam mengisahkan tentang Ali (Fachri Albar), orang teknisi elektronik yang mana putus asa untuk mendapatkan keberadaan layak demi menafkahi keluarga.

Dia lantas belajar untuk menghipnotis, namun Ali segera dihadapkan dengan konsekuensi menghadapi apa yang tersebut dilakukannya.

Terakhir adalah "P.O. Box" yang mana meminta penonton menjejak kembali ke tahun 2024 lewat petualangan Valdya (Asmara Abigail), penaksir nilai berlian profesional yang dimaksud sedang menelusuri jejak keberadaan kakak perempuannya yang mana hilang lima tahun lalu.

Bermodalkan alamat P.O. Box kantor lowongan pekerjaan yang digunakan ditinggalkan oleh sang kakak, Valdya mengikuti jejak yang mengerikan.

Valdya dipertemukan dengan orang-orang aneh yang tersebut doyan menyantap organ tubuh terbaik dari manusia. Di ujung episode, kejadian-kejadian yang tampaknya tiada terkait ini perlahan mulai selaras. Kabut detail nan halus mulai tersingkap, menjalin koneksi yang mengikat para karakter.

Di sini, Joko Anwar tak cuma memberi latar pengalaman yang dimaksud mirip untuk tokoh-tokohnya melalui kenyataan kerasnya hidup pada negara yang tersebut terus bergulat dengan pergolakan kebijakan pemerintah lalu ekonomi, namun juga melalui pengalaman supranatural individu mereka.

Sebuah satire sosial dari Joko Anwar adalah sekuat apapun individu bertahan di dalam negara ini untuk dapat sekadar bertahan hidup, nyatanya pilihan untuk menyebabkan tindakan buruk terus-menerus ada di dalam pojokan relung pikiran. Pada akhirnya, semua penduduk berjuang untuk melindungi sudut kecil mereka itu sendiri.

Serial yang dimaksud tayang pada hari terakhir pekan (14/6) dalam Netflix itu, ketika ini telah masuk delapan besar judul yang mana paling berbagai ditonton pada Netflix secara global.

Joko Anwar juga menggandeng tiga sutradara lain untuk terlibat pada penggarapan serial ini, Randolph Zaini, Ray Pakpahan, juga Tommy Dewo.
 

Artikel ini disadur dari “Nightmares and Daydreams”, antologi satire sosial dari master horor