Internasional

Presiden Tunisia Tegas Pecat Menteri Agama Setelah Puluhan Jemaah Haji Negerinya Meninggal, Hal ini Profil Kais Saied

24
×

Presiden Tunisia Tegas Pecat Menteri Agama Setelah Puluhan Jemaah Haji Negerinya Meninggal, Hal ini Profil Kais Saied

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Presiden Tunisia Kais Saied memberhentikan Menteri Agama, Ibrahim Chaibi, setelahnya puluhan jemaah haji Tunisia meninggal selama ibadah haji tahun ini.

Dilansir dari reuters.com, pemecatan Menteri Agama Tunisia Brahim Chaibi berjalan akibat kritik luas dari rakyat setelahnya banyak warga yang dimaksud meninggal pada waktu haji. Setidaknya 49 warga Tunisia dilaporkan meninggal planet akibat panas ekstrem dalam Arab Saudi selama sepekan terakhir. Beberapa jemaah haji Tunisia bahkan masih mencari anggota keluarga mereka yang dimaksud hilang.

Kais Saied tak memberikan alasan menghadapi pemecatan Ibrahim Chaibi. Namun, langkah itu diinformasikan bersamaan dengan berita tentang meninggalnya puluhan jemaah Tunisia di Arab Saudi.

Dilansir dari commonspace.eu, Menteri Agama Chaibi menyatakan bahwa sebagian besar jemaah haji Tunisia yang dimaksud meninggal globus melakukan perjalanan ke Arab Saudi menggunakan visa turis, tidak melalui acara haji resmi.

Namun demikian, Chaibi terus mendapatkan kecaman dari warga Tunisia. Ia dituduh mengunggah foto-foto ketika melaksanakan ibadah haji meskipun kematian muncul di kalangan jemaah haji Tunisia.

Profil Kais Saled

Kais Saied lahir pada 22 Februari 1958 pada Bani Khiyar, Nabil, Tunisia. Ia merupakan manusia profesor hukum serta politikus Tunisia yang tersebut menjabat berubah menjadi presiden sejak 2019. Ia mendapatkan popularitas akibat dukungan rakyat Tunisia yang digunakan menginginkan perbaikan sistem kebijakan pemerintah yang dimaksud bukan efektif.

Dilansir dari english.news.cn, Ia pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Asosiasi Hukum Konstitusi Tunisia kemudian duta presiden asosiasi tersebut. Pada 2014, ia berubah menjadi anggota komite ahli yang dimaksud mengkaji rancangan konstitusi baru. Ia terpilih sebagai Presiden Tunisia pada Oktober 2019.

Dilansir dari aljazeera.com, di kampanyenya, ia memposisikan dirinya sebagai warga sipil yang digunakan berperang melawan sistem korup, mengusung pemilihan umum tanpa biaya besar dan juga dengan dukungan dari pasukan penasihat serta sukarelawan. Pendekatan ini menantang dukungan dari kelompok kiri, Islamis, kemudian kaum muda.

Pendukungnya mengemukakan bahwa ia menghabiskan dana yang dimaksud sangat sedikit untuk kampanye, hanya saja setara dengan biaya kopi kemudian rokok yang ia gunakan ketika berinteraksi dengan warga Tunisia, menampilkan dirinya sebagai teladan integritas pribadi.

Setelah terpilih, ia sempat terbelenggu oleh konstitusi yang tersebut memberikan presiden kekuasaan dengan segera semata-mata menghadapi urusan militer serta luar negeri, sementara pemerintahan sehari-hari diserahkan terhadap pemerintah yang mana lebih lanjut bertanggung jawab terhadap parlemen.

Pada awal masa jabatan Saied, ketidaksepakatan muncul antara Saied lalu parlemen mengenai pemisahan kekuasaan, khususnya kekuasaan eksekutif presiden juga perdana menteri. 

Selain itu, bukan ada arbiter yang dimaksud bisa saja berubah menjadi penengah: meskipun Mahkamah Konstitusi sudah dibentuk untuk menafsirkan konstitusi sebagai tanggapan melawan permasalahan yang tersebut terjadi, parlemen yang tersebut terpecah belah belum menunjuk anggota pengadilan tersebut.

Di berada dalam mulainya demonstrasi anti-pemerintah yang digunakan disertai kekerasan setelahnya berbulan-bulan kebuntuan antara presiden dan juga parlemen, Kais Saied menggunakan kekuatan darurat kemudian membubarkan parlemen. Pada 2020, ia menggalakkan referendum konstitusi yang mana menguatkan tempat kepresidenan.

SUKMA KANTHI NURANI I  ALJAZEERA

Artikel ini disadur dari Presiden Tunisia Tegas Pecat Menteri Agama Setelah Puluhan Jemaah Haji Negerinya Meninggal, Ini Profil Kais Saied